Jadi Begini, Nak...

09:16 Unknown 9 Comments


unsplash


Kira-kira bagaimana perasaanmu jika kamu mempunyai anak, sementara anak tersebut tidak sesuai dengan apa yang kamu harapkan?

Haha...

Entah kenapa pertanyaannya langsung bikin saya inget zaman sekolah, zaman pesantren kilat; kira-kira, bayangkan, jika kamu pulang ke rumah nanti, kamu lihat rumahmu ramai, ada bendera kuning, dan ternyata...

Seisi kelas menangis. Megap-megap. Saya malah mesem-mesem. Mungkin saat itu saya menolak untuk membayangkan suatu hal buruk terjadi di masa depan. Atau mungkin hati saya memang batu. Yang jelas renungan itu berhasil membuat beberapa siswa sadar, merasa bersalah, dan minta maaf ke orang tuanya melalui pesan. Tapi, seperti tahun-tahun sebelumnya, hal itu hanya sementara. Yang abadi hanyalah fana. Lah. Gimana-gimana? HEHE.

Di masa sekolah itu beberapa kali saya jadi tempat curhat. Padahal saya tidak selalu bisa kasih solusi. Mereka bilang, curhat juga tidak selalu untuk dapat solusi. Tapi, sebagian orang butuh didengarkan. Dan itu cukup.

“Gua udah beberapa hari nggak pulang. Minep tempat si A.”

“Aku ribut lagi sama keluarga.”

“Di rumah itu, kamu tahu nggak? Saya nggak pernah tegur sapa sama mama saya. Ini sudah 2 tahun.”

“Kalau di rumah, paling aku diam aja di kamar. Makan masakan mama pun aku malas. Mending tahan laper. Kalau mau makan, biasanya tengah malem. Waktu orang rumah sudah pada tidur.”

Dan hal itu terjadi tidak hanya pada satu murid saja. Di kelas saya, ada beberapa yang mengalaminya. Seperti biasa, saya diminta untuk merahasiakannya. Selalu. Dan saya tidak melakukan banyak hal buat ngatasin itu. Saya tidak tahu harus melakukan apa. Saya tidak pernah mendengar cerita dari sudut pandang orang tua mereka. Tidak pernah. Setelahnya, saya hanya mendapat ucapan ‘terima kasih’ dan ucapan itu tidak bikin masalah mereka selesai. Lalu kami makan kwaci, saling melempar, kulitnya yang basah oleh jigong menempel di muka, di rambut, di baju dan kami tertawa-tawa dan hahaha. Hah.

Kenapa Tuhan bikin hal ini ada? Orang tua yang seharusnya tidak memiliki anak? Orang tua yang tidak bisa menerima karena anaknya tidak sesuai dengan yang diharapkan? Atau anak yang selalu mengecewakan? Atau akan ada hal indah yang besar yang sudah Tuhan rencanakan untuk tiap anak yang mengalami hal ini?

Balik lagi, kira-kira bagaimana perasaan saya jika saya mempunyai anak, sementara anak tersebut tidak sesuai dengan apa yang saya harapkan?

Ya, jelas saya buang!

Saya buang perasaan-perasaan buruk tentang anak saya nantinya. Karena perasaan buruk akan menarik hal-hal buruk. The low of attraction. Sudah keliatan keren belum?

Jadi, anak saya yang tersayang, yang bahagia, yang juga mencintai dan menyayangi diri sendiri, yang followers twitternya akan jauh melebihi saya, yang lebih adem ngadepin anak-anak grup Telegram atau WA yang suka ngeledek tidak jelas, yang larut malam bersedia mendengar kesedihan orang lain...

Maaf, ayahmu di masa sekolah itu tidak bisa mengatasi masalah teman-teman. Tapi, kita bisa bekerja sama mengurangi masalah itu dengan cara tidak mengizinkan hal itu terjadi pada keluarga kita, kan?

Oh, iya, Nak... ngomong-ngomong ibu kamu mana? Ayah mau memeluknya.


cat; pas baca pertanyaan itu langsung nyadar, saya ini sudah jadi anak yang diharapkan belum? doh... maafkan, anakmu, mak.

9 comments:

  1. Oh, iya, Nak... ngomong-ngomong ibu kamu mana? Ayah mau memeluknya.

    kalimat ini taik banget.

    ReplyDelete
  2. Puk puk puk pak, semoga ibunya segera ketemu. :v

    ReplyDelete
    Replies
    1. hahaha... yang sudah ditemukan, belum tentu bisa dimiliki, mastur.

      Delete
  3. ibu lagi kecantol dihatinya ayah yang lain *eeeehhhhhh

    ReplyDelete
  4. Jika. Anak nya memiliki orientasi yg berbeda?? Apakah Ibu dan ayah akan menerimanya

    ReplyDelete

Terimakasih udah ngeluangin waktunya buat baca ini. Sebelum pergi, baiknya tinggalkan jejak. Jejak untuk dikenang. Dikenang keindahannya. Jadilah tak terlupakan. Silakan coret kalimat di kolom komentar. :)