Banyak Masalah Gak Masalah

20:41 Unknown 1 Comments


Banyak Masalah, Gak Masalah

Tak ada yang berhasil menghindar untuk tidak mencicipi sebuah masalah. Semua orang lagi pernah merasakan itu, hanya yang berbeda cara mereka menyelesaikan dan apa yang terjadi pada diri mereka setelah masalah itu. Selain dari itu, semua masalah tugasnya sama, ingin diselesaikan untuk kemudian menjadi pelajaran yang berharga. Udah keliatan bijak belum?

Di sini saya mau bahas tentang masalah (ya iyalah, judulnya aja itu, masak mau bahas D’academy).  Eh, kalian tahu gimana perjuangan Resti bisa sampai ke babak final d’academy? Atau apa kalian tahu perjuangan Subro smapai terkenal seperti sekarang?

*SalahFokus. Oke, kembali. Bukan karena ilmu saya banyak (lebih banyak dari lagu Iis Dahlia), bukan juga karena saya udah belajar sampai negeri cina, tapi karena saya sedang bermasalah. Saya bingung, bahasnya gimana, ya?

Sebelumnya, jika opini saya terlihat menggurui, saya minta maaf. Saya menulis ini untuk perenungan diri sendiri aja. Syukur-syukur kalo ini bermanfaat bagi Syaiful Jamil kita.
Banyak masalah kok gak masalah, Mas? Kan tambah pusing, tambah bikin stress?

Iya bener. Masalah kadang selalu mengurangi bahagia kita. Tapi sepertinya kita gak pernah sadar, kalo adanya masalah itu gunanya meningkatkan kebaikan.

Kebaikan? Buat stress kok kebaikan, Mas?

Iya. Dalam hidup sebaiknya ada peningkatan dalam kebaikan. Nah, disini masalah berperan penting menawarkan apakah kita bisa meningkatkan kebaikan. Contoh;

Ada seorang ayah yang tugasnya mabuk, berjudi. Pekerjaannya menjual narkoba, tapi tetap bertanggung jawab dan peduli kepada anaknya. Apa buktinya? Si ayah gak mau anaknya menjadi seperti dia. Tapi si ayah pake cara yang salah. Mengajarkan hal baik yang gurunya sendiri berbuat buruk.

Jadi, suatu ketika si ayah akhirnya menemui sebuah titik pekerjaan. Ia mendapat masalah. Polisi berhasil menangkapnya. Tapi selama dia berada dalam sel, dia sadar kemudian berubah memperbaiki diri. Saat bebas, ia telah menjadi Imam yang baik untuk keluarganya.

Ceritanya emang klasik, tapi apa yang bisa dicomot?

Bahwa bukan masalah yang jadi masalah, tapi bagaimana kita menyikapi masalah tersebut itu yang menjadi masalah. Kalo kita menyikapi masalah dengan pikiran sehat, bersyukur, intropeksi diri, berprasangka baik pada Tuhan, bahwa masalah bisa menjadi pendewasaan buat kita, maka bisa jadi peran masalah meningkatkan kebaikan hidup kita berhasil. Tapi sayangnya hukum keterbalikan itu tetap ada. Kalo kita ngelakuin hal sebaliknya, mau gak mau masalah makin buat hidup kita jauh dari perbaikan.

“Orang yang beruntung adl orang yang setelah mendapat masalah, hidupnya lebih baik. Yang sebelumnya -8 berubah menjadi -2, yang tadinya +2 berubah menjadi +4.” Aa Gym

Gimana cara ngadepin masalah?

Pake cara anak kecil. Karena anak kecil itu hidup pada waktu ini. Kalo kita? Kita terlalu musingin masalalu sampe zaman batu tua, nomaden aja masih kita permasalahin. Kita lupa bahwa yang terpenting bukan sekedar menyesali tapi memperbaiki. Kita juga sering cemas memikirkan masa depan. Jodoh saya siapa, saya bisa kaya enggak, kalo saya miskin saya gak bisa beli bumi, dll.

Padahal yang terpenting bukan mencemaskan, ganti pertanyaan “Bisa enggak, ya?” jadi “Bagaimana agar saya bisa?”. Semakin dewasa kita hidup di masa lalu dan masa depan. Padahal yang terpenting, lakukan sebaik mungkin hari ini, agar masa lalu menjadi kenangan indah dan masa depan menjadi mimpi yang nyata.

Sadar atau enggak, semakin dewasa kadang kita semakin cengeng. Jerawat satu di hidung bisa jadi alasan buat kita gak keluar rumah, malu, batalin nonton konser Iwan Fals, walaupun konsernya di tv. Padahal waktu kecil, apa kita permasalahin banyak koreng, kurap, panu di tubuh? Apa waktu kecil kita ngerasa malu, bawa ban bekas kemana-mana?







Hujan yang waktu kecil menyenangkan, sekarang malah mewek karena ingat mantan. Semakin dewasa kita semakin cengeng. Ditinggal gebetan nonton bola aja bisa jadi galau berkepanjangan. Padahal setiap orang punya ketertarikan masing-masing. Apa nonton bola salah?

Itu karena kita berfikir kebahagiaan bisa didapet dari 1 hal aja. Makanya, ketika 1 hal itu hilang, kebahagiaan kita juga ikut menghilang.

Sekali lagi, tulisan ini gak bermaksud menggurui. Ini untuk perenungan diri saya sendiri. Kalo punya cara laen ngadepin masalah, boleh dishare di komentar. Thanks maksimal, udah mau baca!

1 comment:

  1. "Semakin dewasa kita semakin cengeng. Ditinggal gebetan nonton bola aja bisa jadi galau berkepanjangan. Padahal setiap orang punya ketertarikan masing-masing. Apa nonton bola salah?" kalimat ini bikin saya mikir realistis lagi mas. Terima kasih berkat tulisannya saya sadar.... karena keasikan baca jemuran belum diangkat -,-

    ReplyDelete

Terimakasih udah ngeluangin waktunya buat baca ini. Sebelum pergi, baiknya tinggalkan jejak. Jejak untuk dikenang. Dikenang keindahannya. Jadilah tak terlupakan. Silakan coret kalimat di kolom komentar. :)